Sabtu, 01 Februari 2014

Unsur Intrinsik Novel Atheis

UNSUR INSTRINSIK
 
 
A.     TEMA             : Persoalan antara Manusia dengan Tuhan.

B.     AMANAT       :
1.      Turutilah perintah ayah dan ibumu, kepada orang-orang tua dan rajinlah bersembahyang dan mengaji.
2.      Jangan suka menyiksa hewan dan mengumpat orang lain.
3.      Sembayanglah seperti kau akan mati besok.
4.      Tetaplah setia pada pendirianmu sendiri.
5.      Jangan sampai cinta membuatmu lupa akan akhirat. Alangkah baiknya, cinta bukan hanya untuk lawan jenis, tetapi untuk Tuhan kita juga.
6.      Dalam mengambil tindakan/ keputusan hendaknya dipikirkan terlebih dahulu.

C.     ALUR             : Campuran
Alur ceritanya adalah sebagai berikut :
1.      Penyelesaian
Hasan meninggal dunia. (Bagian I)
2.      Peleraian
Tokoh “aku” ketika bersama Hasan (Bagian II)
3.      Perkenalan
Perkenalan tokoh-tokoh serta latar tempat, waktu dalam novel oleh tokoh “aku” sebagai Hasan. (Bagian III)
4.      Konflik 1
Melihat cara bergaul Kartini dan Rusli yang menyimpang, Hasan ingin menyadarkan mereka menuju jalan yang benar. (Bagian IV)
5.      Konflik 2
Hasan mulai menyukai Kartini. (Bagian IV)
6.      Konflik 3
Hasan sedikit terpengaruh oleh cara bergaul Kartini dan Rusli. (Bagian IV)
7.      Konflik 4
Hasan tidak menyukai sikap Anwar saat mereka bertemu. (Bagian V)
8.      Konflik 5
Hasan benar-benar terjerumus ke dalam pergaulan atheis. (Bagian VI-VII)
9.      Konflik 6
Hasan pulang kampung ke Garut dan berdebat dengan ayahnya. (Bagian IX)
10.  Konflik 7
Hasan menikah dengan Kartini. (Bagian  XI)
11.  Konflik 8
Kartini menemukan surat-surat yang membuatnya tidak percaya terhadap Hasan. (Bagian XII)
12.  Klimaks
Hasan bertengkar hebat dengan Kartini hingga Kartini dipukuli olehnya. Sampai akhirnya Kartini berniat pergi ke kampung halamannya, namun ia bertemu dengan Anwar. Lalu mereka pergi ke sebuah penginapan. (Bagian XII-XIV)
13.  Peleraian
Mengetahui ayahnya meninggal, Hasan mulai sadar untuk kembali ke jalan yang benar. Pada saat itu ia mengetahui bahwa Kartini pernah ke penginapan bersama Anwar. Hasan pun mencari Anwar untuk membuat perhitungan. (Bagian XV)
14.  Penyelesaian
Hasan tertembak, lalu meninggal dunia. (Bagian XV)

D.     PENOKOHAN           :
1.      TOKOH UTAMA            
a.       Hasan                        :
1)      Penurut
Bukti  : aku merasa bahwa aku adalah seorang anak yang mau menurut....(hal 21)
2)      Sering berbohong
Bukti  : .....jawabku berbohong(hal 50)
3)      Pencemburu
Bukti  : Kadang-kadang ia suka pula membikin aku cemburuan...(hal 110)
4)      Tidak berpendirian tetap
Bukti  : Tidak setia pada pendirian sendiri.(hal 137)
5)      Penakut
Bukti pada Bagian IX.
b.      Kartini                       :
1)      Berideologi tegas dan radikal
Bukti  : Ya bung pengalamannya .....(hal 38)
2)      Setia
Bukti  : terdapat pada Bagian XIV
c.       Anwar
1)      Periang
Bukti  :.....ternyata seorang periang.(hal 102)
2)      Tidak konsekwen
Bukti  : ...tidak konsekwen(hal 132)             
3)      Anarkhis
4)      Suka mencuri
5)      Tidak sopan
6)      Cari perhatian
2.      TOKOH SAMPINGAN    
a.       Rusli                          : pandai, atheis.
b.      Raden Wiradikarta     : sangat saleh dan alim (hal 16)
c.       Ibu Hasan                  : sangat saleh dan alim (hal 16)
d.      Haji Dahlan               : penasehat yang baik (hal 18)
e.       Kiyai Mahmud           : seorang guru tarekat yang baik (hal 19)
f.       Fatimah                      : baik hati, rajin, penurut
g.       Bung Parta                 : pandai (hal 112)
h.      Bibi Hasan                 : baik (hal 47), rajin beribadat (hal 48)
i.        Minah                                    : penurut, baik
j.        Mimi                          : baik, jujur, selalu ingin tahu
k.      Ibu Kartini                 : serakah (hal 38-39)
l.        Pak Artasan               : sopan (hal 142), pandai mendongeng (143), penakut,                                                           percaya pada hal mistik
m.    Pak Ahim                   : sopan (hal 142), penakut, percaya pada hal mistik
n.      Amat                          : terbuka, jujur
o.      Siti                             : pandai mendongeng, rajin beribadat ( hal 23 )
3.      TOKOH ANTAGONIS
a)      Batin Hasan.
4.      TOKOH PROTAGONIS
a)      Hasan.
5.      TOKOH TRITAGONIS
a)      Batin Hasan.

E.     LATAR
1.      Latar Tempat
a.       Kantor Kotapraja, Bandung ( hal 30)
b.      Kota Bandung (hal 36,99)
c.       Garut (hal 16)
d.      Sasak gantung 18 rumah Bibi Hasan (hal 32)
e.       Kebun Manggu 11 rumah Rusli (hal 32)
f.       Bioskop (hal 119)
g.       Lengkong Besar 27 (hal 27)
h.      Halte Wanaraja (hal 131)
i.        Kuburan Garawangsa (hal 146)
j.        Penginapan (bagian XIV)

2.      Latar Waktu
a)      Sore hari saat Hasan pergi ke rumah Rusli. (Bagian IV)
b)      Malam hari saat Hasan memikirkan bagaimana cara mengislamkan Rusli dan Kartini. (hal 55)
c)      Esok hari setelah Hasan ke rumah Rusli saat Hasan hendak pergi ke rumah Rusli. (hal 56)
d)      Malam rabu ketika Hasan bertemu Kartini di Gang Asmi (hal 80-86).
e)      Hari minggu ketika Rusli mengunjungi Hasan.
f)       Hari sabtu saat Rusli, Kartini dan Hasan bertemu Anwar.
g)      Malam hari saat Hasan dan Kartini pergi bersama.
h)      Malam jum’at ketika Anwar dan Rusli pergi ke kuburan Garawangsa. (hal 147)
i)        12 Februari 1941 saat Hasan menikah dengan Kartini. (hal 165)
j)        1 Oktober setelah Hasan dan Kartini menikah kira-kira tiga tahun setengah. (hal 147)
k)      Empat tahun setelah Hasan dan Kartini menikah terjadi perselisihan antara Hasan dan Kartini.
3.      Latar Suasana
a.       Sedih ketika Hasan meninggal dunia.
b.      Mengharukan saat Hasan berpisah dengan Rukmini, saat Hasan berdebat dengan kedua orang tuanya.
c.       Menakutkan saat Hasan dan Anwar berjalan menyusuri kuburan Garawangsa.
d.      Menegangkan saat Hasan memarahi dan memukuli Kartini.
e.       Romantis saat Hasan dan Kartini jatuh cinta.

F.      SUDUT PANDANG
Dalam novel ini pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu “aku” sebagai pencerita dan pengamat.

G.    GAYA BAHASA
Dalam novel ini pengarang banyak menggunakan majas sebagai berikut :
1)      Majas Asosiasi atau Perumpamaan
S  Suaranya menggores tajam dalam hatiku seperti suara paku diatas batu tulis. (hal 10)
S  Seperti kucing yang sabar menunggu-nunggu kesempatan untuk menyergap tikus yang sedang diintainya, ......(hal 65)
S  Rupanya perkataan Ayah laksana jari yang melepaskan cangkolan gramopon yang baru diputar. (hal 17)
2)      Majas Hiperbola
S  Semuanya kelihatannya sangat lesu juga. Serupa onggokan- onggokan daging juga yang tak berdaya apa-apa pula. (hal 7)
S  Aku agak malu , terasa darah membakar telinga lagi. Hidung bergerak tak keruan. (hal 42)
3)      Majas Metafora
S  Sungguh lokomotip yang rakus ia! (hal 65)
Selain itu pengarang juga menggunakan bahasa Belanda seperti :
1.      In de nood leert men bidden (hal 20)
2.      Zeer eenvoudig(hal 104).
3.      Ik ben een god in het diepst van mijngedachten (hal 104).
4.      Heerlijk zeg! Gestolen vruchten smaken inderdaas zoet (hal 162).
 
 
Judul               :  Atheis
Pengarang       :  Achdiat K. Mihardja
Tahun              :  1986
Sinopsis Novel            :
Hasan adalah seorang pemuda yang lahir dari sebuah keluarga yang fanatik terhadap agama Islam. Maka tak heran jika ia pun juga sangat taat dalam beribadah. Hasan merupakan pemuda yang lugu dan sangat menghormati orang tuanya. Ia anak yang berbakti dan menurut terhadap orang tuanya.
Saat hasan beranjak dewasa, ia melanjutkan sekolahnya ke Bandung. Di sana ia berkenalan dengan Rukmini dan menjalin hubngan dengannya. Orang tua Hasan merupakan orang tua dari keluarga raden, untuk itu mereka menyarankan agar  Hasan memilih seorang wanita yang dari kalangannya. Namun Rukmini bukanlah orang dari kalangan yang sama dengan Hasan, sehingga orang tua Rukmini memintanya untuk kembali ke Jakarta dan pada akhirnya dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang saudagar kaya. Hati Hasan sangat sakit. Ia pun merasa kecewa dan patah hati karena baginya Rukmini adalah seseorang yang baik, soleha dan sangat cantik. Namun, hal tersebut tidak terus-menerus manjadi beban pikirannya. Sejak saat itu Hasan menginginkan tingkatan ibadah yang lebih agar ia bisa lebih dekat dengan sang pencipta. Ia pun mengikuti jejak ayahnya yang menganut ilmu tarekat.
Suatu hari Hasan bertemu dengan Rusli yang merupakan sahabat lamanya saat ia masih kecil. Di sana ia juga melihat seorang gadis cantik yang mempesona Hasan pada pandangan pertama. Gadis yang bernama Kartini tersebut kemudian dikenalkan oleh Rusli kepada Hasan. Ternyata Kartini adalah seorang janda. Dahulu ia dinikahkan paksa oleh kedua orang tuanya dengan seorang yang sudah sangat tua yang harusnya pantas ia panggil kakek, namun lelaki yang menjadi suaminya tersebut sangatlah kaya, sehingga saat Kartini bercerai dari lelaki tua tersebut, ia membawa banyak warisan. Mulai saat itu pun Kartini berniat untuk menjadi seorang wanita yang tegar dan tangguh. Kartini dan Rusli sangat akrab, namun hanya sebatas hubungan kakak dan adik saja. Kartini menganggap Rusli adalah orang yang dapat melindunginya.
Ternyata sejak pertemuannya tersebut Hasan mulai menaruh hati pada Kartini, ia pun mulai senang untk berkunjung ke rumah Rusli hanya untuk sekedar bertanya tentang Kartini. Namun, setiap kali ia ke rumah Rusli, ia pun pasti menjumpai Kartini  di sana. Awalnya ia merasa cemburu dan mengganggap pergaulan antara Rusli dan Kartini bukan hubungan antara kakak dan adik, melainkan lebih. Kini hasan tahu bahwa Rusli merupakan seorang yang  tidak percaya adanya Tuhan. Di setiap pembicaraan mereka Hasan selalu tidak bisa mengedalikan diri saat argumen-argumen yang dikeluarkan Rusli logis adanya. Ia pun sempat emosi terhadap Rusli. Namun, akhirnya ia menyimpulkan untuk membantu Rusli dan Kartini ke jalan yang benar.
Usaha Hasan selalu gagal Karena ia berhadapan dengan orang-orang yang pengetahuannya luas. Usaha menjadi tidak ada artinya ketika Hasan juga berkenalan dengan teman Rusli yang lain, yakni Anwar. Anwar adalah seorang atheis, tidak percaya kepada Tuhan. Karena kepandaian Anwar mempengaruhi Hasan, akhirnya Hasan mulai terpengaruh. Kesalehan yang selama ini melekat dalam dirinya perlahan-lahan luntur. Ia mulai meragukan keberadaan Tuhan dan mulai tidak taat beribadah.
Kepercayaannya terhadap tuhan benar–benar luntur saat ia menjalin hubungan dengan Kartini. Ia semakin menjadi sosok pribadi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Di mata Hasan, sosok Kartini sangat mirip dengan Rukmini,  kekasihnya yang sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Hasan dan Kartini pun akhirnya menikah . kedua orang tua Hasan tidak menyetujui pernikahan tersebut. Namun tekad Hasan sudah bulat. Ia tetap akan menikahi Kartini meskipun orang tuanya tidak merestui bahkan mengusirnya dan tidak lagi menganggap Hasan sebagai anaknya. Pernikahan dipahami Hasan sebagai perasaan suka sama suka.
Pernikahan Hasan dan Kartini selalu diwarnai dengan pertengkaran. Sikap kartini yang menganut faham kebebasan membuat Hasan tidak terima dan menganggap Kartini sebagai seorang wanita yang tidak bisa menghargai suaminya. Ia pun seringkali memukuli Kartini karena kecemburuannya terhadap sikap Kartini dan sikap Anwar. Hasan merasa bahwa di belakangnya, istrinya tersebut berselingkuh dengan Anwar. Kartini tetap saja mengelak. Hingga pada akhirnya mereka pun bercerai. Karena persoalan-persoalan inilah Hasan kembali membutuhkan kekuatan Tuhan. Kesadaran inilah yang membuat Hasan merasa berdosa tidak hanya kepada orangtuanya tetapi juga kepada Allah. Ia menyesal telah meninggalkan nilai-nilai keagamaan dalam dirinya.
Setelah ia bercerai dengan Kartini ia pun pulang ke rumahnya. Untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat. Ia ingin bersujud di kaki ayahnya yang ternyata tengah sakit parah. Ayahnya tidak sudi dan tidak menerima semua permintaan maaf yang Hasan ucapkan. Ia pun menyuruh Hasan untuk pergi dari rumahnya.
Lalu saat ia pergi ke sebuah hotel ia mendapatkan fakta bahwa pada hari saat ia dan istrinya bertengkar, dan istrinya kabur dari rumah. Anwar dan Kartini berada dalam satu kamar. Semakin memuncak kemarahannya saat ia mengetahui bahwa istrinya berusaha menolak Anwar seperti yang diucapkan oleh pelayan di hotel tersebut. Ia pun pergi mencari Anwar hingga tengah malam. Ia tidak sadar bahwa saat itu telah terjadi jam malam sehingga ia pun tertembak oleh peluru yang menembus punggungnya. Ia pun tewas di tempat kejadian dengan penuh rasa sesal.
Komentar                    :
Novel Atheis ini mempuyai karakteristik novel pada angkatan 80an. Tema yang diambil tentang ketuhanan maupun tentnag suatu masalah konsep kehidupan sosial. Pada novel atheis dijelaskan tentang bagaimana seseorang yang terkena arus pergaulan yang tidak baik. Padahal orang tersebut merupakan seseorang yang sangat alim dan taat kepada agama, namun karena pengaruh yang begitu kuat maka ia pun terjerumus dalam kesesatan. Disini nilai-nilai ketuhanan banyak didapatkan. Seperti saat tokoh Hasan berani melakukan suatu tindakan yang sudah melenceng dari agama bahkan menyebutnya sebagai Atheis atau seseorang yang tidak percayaakan adanya Tuhan.
Bahasa yang digunakan realistis, yakni bahasa yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pada Novel Atheis ini. Nilai moral yang dapat diambil, anatara lain sikap dan kepercayaan kepada Tuhan harus ada, karena bagaimana pun juga, hidup adalah dari Tuhan. Iman yang kuat, tidak menjamin untuk tidak terkena arus pergaulan yang menyesatkan. Jika kita membiarkan hidup kita dalam lingkungan mereka dan membiasakan diri dengan mereka. Untuk itu penyaringan budaya harusnya dapat dilakukan oleh pribadi masing-masing.
 

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...